Wednesday, December 21

Untuk Ayah dan Ibu

Hari ini adalah hari yang sangat berarti bagi hidupku. Sebentar lagi aku akan dipinang oleh kekasihku. Aku bukan lagi gadis kecil kesanganyan ayah yang selalu dimanja ,aku sekarang sudah dewasa ,sudah mempunyai pekerjaan dan beberapa saat lagi aku akan menjadi istri dari seorang pria yang aku cintai.
Tapi ayah hari ini terlihat berbeda. Seperti ada sesuatu yang dia pendam. Aku menghampiri dia dan duduk disamping dia lalu bertanya
“ayah ,kenapa ? kok mukanya sedih gitu ? hari ini kan hari pernikahanku” sambil memegang tangan ayah.
“ngga apa-apa kok ,ayah Cuma lagi merenung sebentar lagi ayah ditinggal sama kamu. Ayah pasti kesepian sendiri dirumah”
“ah..ayah jangan bilang gitu. Biar gimana pun aku tetep sayang ayah” aku pun ikut sedih.
“seandainya ibumu masih hidup ,pasti dia bahagia melihatmu akan menikah dengan pria yang kamu cinta”
“ibu pasti melihat aku disana ,dia pasti sedang tersenyum dan ikut bahagia”
“jadilah istri yang baik seperti ibumu..” kata ayah.
“baik ayah sayang..” memeluk ayah.
Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Dan mempelai pria pun sudah datang. Lalu dimulailah ijab Kabul dan semua berjalan lancar dan akupun resmi menjadi seorang isrti. Entah kenapa air mataku keluar ketika aku meliahat ayah. aku langsung mengingat kesalahan-kesalahan yang sudah aku lalukan pada ayah. aku tersadar bahwa semenjak ibuku meninggal hanya ayahlah yang mengerti aku. Walaupun aku sering memarahi ayah tapi ayah selalu baik padaku. Aku yang anak semata wayang selalu dimanja olehnya. Dan sekarang aku akan meninggalkan dia bersama suamiku. Rasanya aku belum puas membahagiakan ayah. aku masih ingin bersama-sama dengan ayah. menjanga dan merawat ayah.
Aku ingat saat aku duduk dikelas 2 SMP aku sempat kabur dari rumah karena dimarahi ayah. sebenarnya aku juga yang salah. Aku pulang telat karena diajak main sama teman dan tidak mengabari dia. Lalu aku kabur kerumah teman. Ayah saat itu sangat panik. Dia keliling kerumah teman-temanku. Betapa jahatnya aku ,dia seorang diri mencari aku. Ayah maafkan aku.
Aku sejak kelas 3 SD ditinggal oleh ibuku karena sakit kanker hati. Ayahku yang bekerja dikantoran membuat aku kurang kasih sayang dari orang tua ,dan itu membuat aku menjadi anak yang susah diatur. Tapi semenjak SMA aku mulai jadi anak yang penurut sama ayah. mungkin karena saat itu aku sudah besar.
Seusai acara pernihakanku ,ayah memanggilku lalu aku menghampirinya yang berada dikamar.
“Ratih ,kemarilah sebentar ayah ada perlu dengamu” kata ayah.
“baik yah ,aku kesana sebentar lagi” saut aku.
Sesampainya dikamar ayah
“ada apa yah ?”
“ada sesuatu yang ayah ingin berikan sama kamu”
Ayah mengeluarkan kotak kecil dari lemarinya
“ini untukmu” kata ayah
“apa ini yah ?
“buka saja ,ayah harap kamu menyukainya”
Ternyata sebuah cincin ,berwarna perak dan sepertinya sudah lama sekali.
“wah…ini indah sekali yah. Aku suka terimakasih ayah ” dengan senyum lebar.
“syukurlah kalau kamu suka ,cincin itu adalah punya ibumu. Ibumu sempat menitipkannya pada ayah untuk diberikan pada kamu kalau kamu sudah menikah nanti dan sekarang kamu sudah menikah ini untukmu”
“ibu…..” air mataku mulai berlinang. Aku merasa ada ibu yang sedang memandangku.

Setelah menikah ,aku dibawa oleh suamiku ke Kalimantan. Suamiku yang seorang dokter ditugaskan kesana dan mau tidak mau aku harus ikut. Aku merasa sedih harus meninggalkan ayahku sendiri. Ayahpun tidak mau diajak ikut bersamaku.
6 bulan berlalu ,dan aku sangat merinduka ayah. kesehatan ayahpun mulai menurun. Dia sering sakit-sakitan. Rasanya aku tak tega meninggalkan dia sendiri. Aku selalu menelepon untuk menanyai kabar dia. Dan saat itu aku dapat kabar kalau ayahku masuk rumah sakit. Aku langsung terbang kejakarta untuk menemui ayah.

Sesampainya dijakarta aku langsung pergi kerumah sakit bersama suamiku. Dan saat sampai diruangan ayah aku kangsung memeluk ayah sambil menangis. Aku tak tega meliat ayahku terbaring lemah dirumah sakit. Aku ingin ayah sehat dan tersenyum.
Ayah sudah mulai siuman.
“ayah..ayah..ini aku. Aku sudah datang. ayah baik-baik saja kan ? sambil menangis.
“Ratih ,ayah baik-baik saja nak. Kenapa kamu pulang ? ayah hanya kecapean saja. Tidak usah khawatir.
“bagaimana aku tidak khawatir yah ,sampai bisa masuk rumah sakit begini”
Ayah hanya tersenyum. Tidak beberapa lama suamiku datang membawa sepucuk kertas yang isinya hasil medis ayah. ternyata ayah divonis terkena penyakit kanker hati. Itu penyakit yang sama diderita oleh ibuku dulu. Aku langsung terdiam lalu suamikupun menghampiri.
“sabar yah sayang ,kita berharap semoga ayah cepat sembuh” kata suamiku
“aku takut kehilangan ayahku ,apa yang terjadi nanti. Ibuku sudah tiada dan aku tidak mau ayahku meninggalkanku secepat ini” sambil menagis.
“aku tahu perasaanmu ,aku akan selalu ada bersamamu” kata suamiku sambil memeluk.
Akupun menangis dipepelukan suamiku.
Sebulan sudah berlalu dan ayahku pun masih terbaring lemah dirumah sakit. Tak tega rasanya hati ini melihatnya. Ingin rasanya aku menggantikan ayah disana. Biar aku saja yang merasakan sakitnya. Ayah ,cepatlah kau sembuh. Aku merindukan senyum ayah.
Sambil menemani ayah aku membuka-buka album foto dulu. Sewaktu aku kecil tiap minggu aku selalu diajak ketempat bermain oleh ayah dan ibu. Dulu penuh senyum kebahagiaan. Bercanda bersama ,makan bersama. Semuanya terasa indah. Tapi semenjak ibuku meninggal itu tidak pernah terjadi lagi. Aku rindu kenangan dulu ,walaupun sekarang aku sudah bersuami tapi aku rindu masa-masa dulu.
Dua bulan berlalu ,dan kondisi kesehatan ayahku pun menurun. Dokter sempat memberitahuku bahwa kanker ayahku sudah tidak bisa diobati lagi. Suamiku pun selalu member semangat padaku. Ternyata ayah selama ini menyimpan rahasian padaku ,ternyata ayah merahasiakan penyakitnya padaku. Selama ini dia terlihat berbeda karena sakit. Oh ayah ,kenapa tidak bilang kepadaku. Aku langsung merenung.
Hari itu ayah siuman ,kondisinya mulai membaik dan dia membuka matanya pelan-pelan. Aku yang berada disampinggnya langsung memengang erat tangan ayah.
“ayah ,akhirnya siuman. Ayah cepat sembuhlah.”
Ayah hanya tersenyum dan balik memegang erat tanganku.
“ayah ,apa kau merasa sakit ? biar aku saja yang menggantikan ayah” sambil menangis.
Ayah mulai berbicara sedikit demi sedikit.
“ratih ,jadilah istri yang baik bagi suamimu.” Sambil terbata-bata.
“iya ayah ,aku pasti akan menjadi istri yang baik.”
“jaga baik-baik juga cincin yang diberikan oleh ibumu”
“pasti yah”
Tiba-tiba ayah menutup matanya dan melepaskan tangannya.
“ayah…..ayahhh…jangan tinggalkan aku” sambil teriak.
Dokterpun datang dan langsung memeriksa ayah. dan nyawa ayahpun tidak bisa ditolong. Ayah meninggal. Aku langsung menangis histeris dan suamikupun memelukku.
Setelah pemakaman ayah ,aku pulang kerumah dan duduk dikamar ayah. aku manangis memandangi foto keluarga. Ayah dan ibuku kini sudah meninggalkanku. Mereka sudah bertemu disana. Mereka pasti bahagia melihatku disini bersama suami yang sangat menyayangiku.

Untuk ayah dan ibu akan selalu kukirimkan doa-doaku untuk kalian.
Untuk ayah dan ibu nasehat dan amanah kalian pasti akan kujalankan.
Terimakasih ayah ibu ,semoga kalian disana bahagia.


created by :lulu (Nurul Wahyuni)

No comments:

Post a Comment